Masih berbicara tak jauh dari
anak jalanan. Negeri kita tercinta ini masih menyimpan sejumlah anak-anak yang
kurang beruntung dalam pemenuhan hak-haknya seperti pendidikan rendah,
pemenuhan gizi kurang baik, minimnya dukungan social. Anak-anak yang kurang
mampu (hidup ditempat kumuh, dijalanan, di kolong jembatan, dsb) mengalami
perjalanan hidup yang keras. Kehidupan mereka banyak dihabiskan untuk mencari
sesuap nasi dibandingkan untuk belajar maupun bermain yang seharusnya menjadi
hak asasi anak. Ini tentu saja sangat memoengaruhi pribadi mereka. Seperti
merasa rendah diri, tidak percaya diri, agresif/nakal.
In another side, bahwasanya mereka ini sebenarnya mampu untuk
melakukan hal-hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat asalkan diarahkan sesuai
track sejak dini. Adapun sisi negative dari kepribadian harus dipoles dengan
meningkatkan rasa kebanggaan diri (di sini saya berpendapat) dengan
menghasilkan karya. Kalau lah kita lebih jeli, dapat kita lihat ternyata mereka
ini unik. Mereka memiliki potensi perpaduan kepribadian sebagai anak-anak yang
berjiwa ekonomi, social, dan mempunyai estetika. However???
Pertama, yang menunjukkan mereka
sebagai anak-anak yang memiliki kepribadian ekonomi yaitu usaha mereka mencari
uang dengan berbagai cara; berjualan koran, menyemir sepatu, mengamen, jualan
asongan, membersihkan kaca mobil, dll. Kedua, berkepribadian social. Yakni
terlihatnya solidaritas antar mereka, meskipun terhadap selain golongan mereka
terlihat asocial, namun ketika kenal dan merasa nyaman dengan orang lain,
mereka akan menjaga keharmonisan. Kemudian yang ketiga yaitu mempunyai
estetika. Yaaa, kita akui kreativitas mereka pada seni music, seni tari, seni
rupa, pribadi yang ekspresif, dan sebagainya, meskipun pada sisi ini harus
diberikan stimulus terlebih dahulu.
Hakekatnya jiwa mereka terbentuk
sebagai jiwa anak manusia yang kuat dan tahan terhadap persoalan-persoalan.
Untuk itu, pribadi mereka sedini mungkin diarahkan sesuai dengan karakter
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar