Powered By Blogger

Minggu, 23 Februari 2014

Lihat Lebih Dekat (Mereka) 2

Adakah diantara kita yang menjadi aktivis rumah singgah? Yups, setidaknya kita sudah familier dengan dua kata tersebut. Dengan semakin banyaknya kelurga (mohon maaf) miskin, maka korelasinya anak jalanan tumbuh bak jamur di musim hujan. Rumah singgah menjadi alternative untuk tinggal dengan alasan kepentingan ekonomi dan keamanan bagi anak jalanan.  Namun, optimalisasi peran rumah singgah juga harus memperhatikan karakter pribadi secara individual. Artinya, adanya rumah singgah dapat menyediakan fasilitas-fasilitas keterampilan yang dibutuhkan anak jalanan, sekaligus dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan hasil yang riil.

Pendidikan anak kurang beruntung mutlak harus diimplementasikan dan diupayakan secara sistematis dan terarah. Pendidikan dijadikan sebagai fasilitas untuk membantu mereka membuat hidup yang lebih baik. Jika demikian, maka pendidikan yang baik bagi mereka adalah pendidikan yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, pendidikan yang bisa dilihat hasil dan manfaatnya.

Umumnya pribadi mereka berorientasi pada nilai-nilai praktis yang melihat pada hasil. Mengupayakan mereka untuk menempuh pendidikan formal dan pelatihan keterampilan berbasis entrepreneur bagi mereka, sudah semestinya menjadi prioritas kita.


APA YANG AKAN ANDA UPAYAKAN? Silahkan buat list nya, dan pastikan ada kontribusi kita untuk masa depan mereka.

Lihat Lebih Dalam (Mereka) 1

Masih berbicara tak jauh dari anak jalanan. Negeri kita tercinta ini masih menyimpan sejumlah anak-anak yang kurang beruntung dalam pemenuhan hak-haknya seperti pendidikan rendah, pemenuhan gizi kurang baik, minimnya dukungan social. Anak-anak yang kurang mampu (hidup ditempat kumuh, dijalanan, di kolong jembatan, dsb) mengalami perjalanan hidup yang keras. Kehidupan mereka banyak dihabiskan untuk mencari sesuap nasi dibandingkan untuk belajar maupun bermain yang seharusnya menjadi hak asasi anak. Ini tentu saja sangat memoengaruhi pribadi mereka. Seperti merasa rendah diri, tidak percaya diri, agresif/nakal.

In another side, bahwasanya mereka ini sebenarnya mampu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat asalkan diarahkan sesuai track sejak dini. Adapun sisi negative dari kepribadian harus dipoles dengan meningkatkan rasa kebanggaan diri (di sini saya berpendapat) dengan menghasilkan karya. Kalau lah kita lebih jeli, dapat kita lihat ternyata mereka ini unik. Mereka memiliki potensi perpaduan kepribadian sebagai anak-anak yang berjiwa ekonomi, social, dan mempunyai estetika. However???

Pertama, yang menunjukkan mereka sebagai anak-anak yang memiliki kepribadian ekonomi yaitu usaha mereka mencari uang dengan berbagai cara; berjualan koran, menyemir sepatu, mengamen, jualan asongan, membersihkan kaca mobil, dll. Kedua, berkepribadian social. Yakni terlihatnya solidaritas antar mereka, meskipun terhadap selain golongan mereka terlihat asocial, namun ketika kenal dan merasa nyaman dengan orang lain, mereka akan menjaga keharmonisan. Kemudian yang ketiga yaitu mempunyai estetika. Yaaa, kita akui kreativitas mereka pada seni music, seni tari, seni rupa, pribadi yang ekspresif, dan sebagainya, meskipun pada sisi ini harus diberikan stimulus terlebih dahulu.


Hakekatnya jiwa mereka terbentuk sebagai jiwa anak manusia yang kuat dan tahan terhadap persoalan-persoalan. Untuk itu, pribadi mereka sedini mungkin diarahkan sesuai dengan karakter mereka.

Jumat, 21 Februari 2014

What Happen KIDs (?)


Hai tems, saya ingin sedikit sharing. Setiap pulang kerja, saya memperhatikan dunia anak-anak jalanan. Subhanalloh, mereka begitu seru berlarian kesana kemari tanpa rasa takut untuk mengais rezeki, tanpa rasa malu untuk menunjukkan potensinya, mulai dari berjualan tisu, sampai bernyanyi bagaikan idola kecil. Memanjat pagar, mengejar-ngejar kopaja dengan cekatan, bahkan dengan perkasanya menggendong adeknya yang badannya tak beda jauh dari besar badannya. Heii, bahkan dipojokan sana ada yang beda dari teman-temannya. Dia duduk dengan manisnya. Ohh, sayangnya dia sedang asik menikmati aroma lem. Miris sekali.

Yang tak kalah mirisnya, beberapa  waktu yang lalu, di depan saya langsung, ada seorang bapak-bapak menyeret anak laki-lakinya. Yaaa, anak itu berpakaian lusuh, tulang kakinya kelihatan begitu kurus. Dengan kasarnya bapak tersebut memukul kepala anaknya dengan keras. Tentu saja si anak laki-laki yang saya perkirakan usianya 5-7tahun tersebut menangis, namun si bapak tetap menyeretnya.

MasyaAlloh. Hampir saja saya meneteskan air mata. Teringat adek di rumah. Memang kedua orang tua saya sangat disiplin. Saya dan adek sudah biasa merasakan hangatnya gertakan dengan sapu lidi. Saya yakin, anak laki-laki tersebut menahan rasa sakitnya. Tetapi saya sangat yakin bahwasanya rasa sakit di hatinya itu jauh lebih memilukan.

Sejatinya hati anak-anak begitu mulia. Bisa juga kita simpulkan bahwa kepribadian anak, pribadi anak, tidak jauh dari hasil didikan orangtuanya. Psikologis anak sejatinya hampir sama. Kita ketahui bahwa anak merupakan aset yang lebih berharga dari segala-galanya. Saya rasa, terlepas diri kita kaya maupun miskin, ingatlah Alloh telah mengamanahkan makhluk mulia, seharusnya kita punya kewajiban untuk menjadi fasilitator yang mengedepankan dan mengoptimalkan usaha kita untuk tumbuh kembang anak-anak. Ayo lah, buka mata kita, banyak sekali anak-anak dari lapisan manapun, mempunyai masalah yang mana orang dewasa dituntut mampu membantu mereka untuk menyelesaikannya.