Powered By Blogger

Jumat, 12 September 2014

Lentera tanya para 20++



"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar Rum : 21)


Usia 20++ paling demen ngomongin tentang resolusi nikah atau jodoh. Memenuhi pikiran dengan pertanyaan tentang siapa jodoh kita, bagaimana dia, kemana mencarinya, dan seterusnya. Well, saya kira setiap orang berhak atas itu. Dalam hal ini saya ingin bersuara mengenai tiga hal :
  1. Menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita.
    Sebenarnya terlalu rumit untuk mengupasnya. Sometimes membicarakan hal ini memanglah tidak rasional. Tapi ini penting!!
  2. Dengan yang satu visi.
    Ini akan menjadi sangat krusial. Tentukan dulu visi kita. Baik visi jangka panjang maupun jangka pendek. Setelah itu, silahkan kita analisis visi kita dan si dia melalui diskusi dua arah.
  3. Cari dan kenali Potensi.
    Kenali baik-baik. Then baca potensinya berdasarkan logika dan kata hatimu. Apakah dia berpotensi menjadi seseorang yang berpengaruh, berpotensi menjadi ayah yang baik, dll. Hehehe.
Tapi, herannya kita sering memikirkan shortcut nya saja. "Kita harus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi supaya nantinya mendapatkan pasangan hidup yang baik juga, ya setidaknya mendapat seseorang yang sedang berusaha memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik". No! Bukan begitu. 

Yang perlu kita ingat adalah : Mati itu pasti, tapi pernikahan adalah sesuatu yang belum tentu terjadi 

Bandung,  12 September 2014

Senin, 08 September 2014

Sebaris Jalanan Siang Ini




“. . . . rokok rokok, mimun minum . . . yang dingin yang dingin, oleh-oleh nya neng, pakk buat makan pak . . . ”

Riuh suara jalanan siang itu. Terik matahari tepat ba’da dzuhur terpayungi dengan semangat mencari nafkah. Yaa, teman-teman bisa membayangkan bahwa ini bersetting di perempatan yang padat kendaraan. Di sini puluhan orang berjuang, berspekulasi dengan masa depannya. Ialah para pedagang asongan, pengamen, dan peminta-minta. Ku amati diseberang jalan sana para ibu2 duduk di bawah pohon rindang dengan menggendong warung kecilnya, sembari menanti lampu merah kembali. Dari dekat, sayup2 terdengar dialeg bicara mereka. Ohya, ternyata betul perkiraan saya, mereka di sini sama seperti saya. Sekelompok Perantau.

FYI, mereka sama-sama datang dari kota tertentu. Mereka mambangun system sendiri, misalnya, pedagang A/B hanya sampai di wilayah selatan perempatan, dan begitu seterusnya, setiap pedagang telah mengkoordinir wilayah atau batas berdagang yang di perobolehkan. Pembagian waktu ini tidak tertulis tetapi di patuhi bersama antar pedagang asongan. Menurut saya, kebersamaan yang terjalin akibat adanya hubungan antara pedagang asongan maupun hubungan antara pedagang asongan dengan kelompok lain dalam menjalankan aktivitas usaha, dapat menjadikan modal dasar dalam pemecahan masalah sosial.

Terlepas dari pemikiran tersebut, senang sekali siang ini bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Banyak ucapan terimakasih dan doa yang dipanjatkan oleh mereka. Sejujurnya patutnya saya(kita) yang lebih berterimakasih kepada mereka. Why??? Pendapatan mereka memanglah tidak besar. Tapi taukah teman-teman, jumlah hasil perdagangan ini merupakan bagian dari pedapatan rakyat yang memberikan sumbangan kepada negara, dengan cara mendistribusikannya melalui nilai perdagangan dan penjualan di sepanjang jalan. Tidak sedikit yang menikmati hasil distribusi ekonomi ini, mulai dari  toko-toko kecil sampai distributor minuman instan, dll yang di perdagangkan.  Kali ini saya hanya melihat dari satu perempatan. Berapa banyak perempatan yang ada di Indonesia komplit dengan para pedagang asongan???

Terimakasih untuk partner hebat saya, telah mengingatkan saya akan mimpi dan sumbangsih saya yang masih kosong di usia sekarang. Terimakasih, kado mu sangat mengesankan. 

Bandung, 31 Agustus 2014